Spontaneous Combustion (Swabakar)
Timbunan batubara berbeda dengan timbunan bahan tambang
yang lainnya, karena timbunan batubara memiliki sifat khusus yaitu mudah terbakar
dengan sendirinya (Swabakar atau Spontaneous Combustion) pada suatu
kondisi tertentu. Proses swabakar, dapat terjadi pada batubara: di penimbunan,
insitu, dalam proses dan limbah pencucian batubara. Oleh karena itu perlu
penanganan khusus dan hati – hati dalam melaksanakan penimbunan batubara.
Batubara akan
teroksidasi saat tersingkap di permukaan sewaktu penambangan, demikian pada
saat batubara ditimbun proses oksidasi ini terus berlangsung. Timbunan batubara
yang terbentuk dengan cara mencurahkan, timbunan batubara yang dihasilkan
fraksi tidak seragam. Ukuran terbesar akan cenderung terkumpul pada bagian
bawah luar, sedangkan ukuran halus akan terdapat pada bagian puncak dalam
tumpukan batubara. Udara akan bergerak secara mudah menembus bagian kaki dari
tumpukan pada sebelah luar, hal tersebut dikarenakan batubara ukuran besar
memiliki rongga – rongga yang cukup besar sehingga udara mudah masuk. Akan
tetapi, udara sangat sulit menembus bagian dalam karena pada batubara ukuran
halus memiliki rongga yang kecil (Gambar ). Udara yang masuk kedalam
timbunan akan terperangkap dan sulit untuk keluar sehingga akan memperbesar
laju reaksi dari oksidasi terjadinya swabakar pada batubara.
Reaksi
oksidasi batubara itu sendiri dimulai dalam fase gas, sehingga terjadi reaksi
oksidasi eksothermis antara O2 dengan gas – gas yang mudah terbakar.
Bila reaksi oksidasi berlangsung terus-menerus maka panas yang dihasilkan juga
akan meningkat, sehingga suhu dalam timbunan juga akan mengalami peningkatan.
Peningkatan suhu ini juga disebabkan oleh sirkulasi udara dan panas dalam
timbunan tidak lancar, sehingga suhu dalam timbunan akan terakumulasi dan naik
sampai mencapai suhu titik pembakaran yang akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya proses swabakar pada timbunan tersebut (Sanwani, 1987)
Untuk
mengetahui sejauh mana terjadinya proses swabakar pada timbunan batubara perlu
diketahui faktor penyebabnya. Faktor yang menyebabkan terjadinya swabakar pada
timbunan batubara yaitu sebagai berikut :
Akumulasi Panas
Akumulasi panas merupakan
peningkatan suhu dalam timbunan secara terus menerus. Swabakar pada timbunan
disebabkan karena adanya reaksi oksidasi antara oksigen dan zat terbang yang
ada dalam batubara secara terus menerus. Reaksi oksidasi ini mengeluarkan
kalor, kalor yang dikeluarkan semakin lama akan terakumulasi terus semakin
banyak, sehingga suhu dalam timbunan akan terakumulasi dan naik sampai mencapai
suhu titik pembakaran yang akhirnya dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya
swabakar semakin besar. Oleh karena itu dalam melaksanakan penimbunan batubara perlu
penanganan khusus dan hati – hati.
Suhu Swabakar
Ada
dua hal yang menunjang terjadinya proses swabakar pada timbunan yaitu tergantung
suhu reaksi dan konsentrasi oksigen yang cukup. Semua jenis batubara mempunyai
kemampuan untuk terjadinya proses swabakar, tetapi waktu yang diperlukan dan
besarnya suhu yang dibutuhkan untuk proses swabakar batubara ini tidak sama.
Untuk batubara yang mempunyai rank rendah memerlukan waktu yang lebih pendek
dan suhu yang lebih rendah bila dibandingkan dengan batubara yang mempunyai
rank yang tinggi.
Perkembangan panas batubara kelas
bituminous yang disebabkan oleh proses oksidasi antara O2 dan gas –
gas yang mudah terbakar seperti : methan, hidrogen, karbon monoksida, yang
dapat mengakibatkan proses swabakar dapat diringkas sebagai berikut
(Sukandarrumidi, 1995) :
- Suhu 37° C, batubara dalam timbunan mulai teroksidasi secara perlahan-lahan sampai suhu timbunan 50° C.
- Suhu 50° C, proses oksidasi akan meningkat sesuai kecepatan kenaikan suhu batubara hingga suhu 100° C – 140° C.
- Suhu 140° C, karbon dioksida dan uap air akan terurai dengan cepat sampai dicapai suhu 230° C
- Suhu 230° C, dimana hal ini untuk tahap swabakar terjadi.
- Suhu diatas 350 °C, batubara akan menyala dan terjadi proses swabakar batubara.
Kandungan
Zat Terbang (Volatile Metter)
Kandungan
zat terbang yang terdapat dalam batubara erat kaitannya dengan kelas batubara.
Batubara yang mempunyai kelas rendah ditandai dengan kandungan zat terbang yang
banyak. Zat terbang dalam batubara terdiri dari gas – gas yang mudah terbakar
(seperti : methan, hidrogen, hidrokarbon dan karbon monoksida) dan gas – gas
yang tidak mudah terbakar (seperti : uap air dan karbon dioksida). Zat terbang
memegang peranan penting dalam memprakarsai terjadinya swabakar karena zat
terbang terdiri dari gas – gas yang mudah terbakar. Sehingga reaksi oksidasi
terjadi antara gas – gas yang mudah terbakar dengan oksigen dan menyebabkan
terjadi proses swabakar. Batubara sangat bervariasi dalam kemampuan untuk
bereaksi dengan oksigen, kemampuan batubara untuk teroksidasi akan berkurang
dengan meningkatnya kelas batubara. Hal ini disebabkan karena dengan
meningkatnya kelas batubara, kandungan karbon yang terkandung semakin tinggi
dan kandungan oksigen serta zat terbang yang terkandung semakin turun sehingga
batubara akan sulit teroksidasi.
Tinggi Timbunan
Tinggi timbunan yang teralu
tinggi akan menyebabkan semakin banyak panas yang terserap, hal ini dikarenakan
sisi miring timbunan yang terbentuk akan semakin panjang, sehingga daerah yang
tak terpadatkan akan semakin luas dan akan mengakibatkan permukaan yang
teroksidasi semakin besar semakin cepat pula proses swabakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar